Kenapa lagi sih engkau ? “ tanyaku menggunakan nada sinis kepada Pratiwi. “Maaf kak….. aku jarang latihan..” “Udah berkali2 kamu ga bisa ngikutin.. nadanya melenceng semua… jangan dikira mampu tanpa latihan kamu mampu main saksofon menggunakan mengagumkan” lanjutku. Pratiwi hanya terdiam. matanya memandang ke lantai, seakan2 menghitung jumlah lantai keramik, atau sekedar mengira2 luas karpet yang melapisinya. saya sebal. menjadi seseorang guru musik, hal yang paling menyebalkan artinya saat muridmu tak berlatih sama sekali. Ditambah lagi, waktu saya sedang pusing mengerjakan tesis s2ku, dimana mengajar saksofon adalah satu2nya hiburanku, murid yg satu ini membentuk hatiku kesal. Pratiwi, 19 tahun, seseorang mahasiswi yang kebetulan satu universitas dengan tempatku mengambil kuliah s2, menurutku sangat berbakat bermain saksofon. tapi beliau sporadis sekali latihan. Terdengar dari nadanya yg melenceng, dan tiupannya yang tak statis, pertanda dia sporadis menyentuh alat musik itu. sebagai mahasiswa S2 yang membiayai kuliahnya sendiri, bermain musik serta mengajar musik artinya tulang punggung utama yang membiayai kuliahku.
Ayahku tidak bisa membiayai lagi kuliahku sebab beliau telah lama meninggal. Uang yg ibuku berikan setiap bulannya hanya relatif buat membayar kos saja. Uang buat kuliah, pula disokong oleh beasiswa. tetapi beasiswanya tak penuh. Itulah mengapa saya memakai bakatku dalam bermain indera tiup saksofon buat mencari uang, mengajar juga bermain di acara2 musik. asal yg kulihat lewat situs pertemanan facebook, Pratiwi tampak suka sekali bermain dengan teman2nya entah itu nongkrong di kafe, jalan2 ke mall, juga berkunjung ke Bandung dengan teman2nya. Itu tidak problem sebenarnya, namun Jika dia meninggalkan latihan saksofonnya, itu persoalan buatku. ada orang yang bilang kalo muridnya ngaco, berarti gurunya yang ga bener. Itu membuatku menjadi gemas saat Pratiwi selalu membentuk kesalahan ketika bermain. “udah ya, hari ini sampai disini saja” aku membereskan saksofonku dan buku musik ku. “tapi kak…” Pratiwi memotong ucapanku “akan tetapi kenapa… pokoknya minggu depan aku tes lagi yg tadi ya, jangan sampe ga bisa kayak kini .” aku segera bergegas keluar, menggunakan jaket, mengisi absen pengajar di meja resepsionis, serta keluar buat menyalakan mesin motorku. telah mau maghrib rupanya. Pratiwi menyusulku keluar. “Kak… maafin saya ya…. saya emang lagi banyak aktivitas akhir2 ini, jarang latihan….” pungkasnya. “yaudah… minggu depan perbaikin oke” saya menggunakan helmku. “saya kembali dulu ya” aku mengendarai motorku menjauhi tempat les itu.
Pratiwi Perawan Ting-TingKenapa lagi sih kamu ? “ tanyaku menggunakan nada sinis pada Pratiwi. “Maaf kak….. aku jarang latihan..” “Udah berkali2 kamu ga mampu ngikutin.. nadanya melenceng semua… jangan dikira bisa tanpa latihan kamu mampu main saksofon menggunakan mengagumkan” lanjutku. Pratiwi hanya terdiam. matanya memandang ke lantai, seakan2 menghitung jumlah lantai keramik, atau sekedar mengira2 luas karpet yg melapisinya. aku sebal. sebagai seseorang guru musik, hal yg paling menyebalkan artinya saat muridmu tidak berlatih sama sekali. Ditambah lagi, waktu saya sedang pusing mengerjakan tesis s2ku, dimana mengajar saksofon ialah satu2nya hiburanku, siswa yang satu ini membuat hatiku kesal. Pratiwi, 19 tahun, seseorang mahasiswi yang kebetulan satu universitas dengan tempatku mengambil kuliah s2, menurutku sangat berbakat bermain saksofon. akan tetapi dia jarang sekali latihan. Terdengar berasal nadanya yg melenceng, dan tiupannya yang tidak statis, pertanda dia sporadis menyentuh indera musik itu. menjadi mahasiswa S2 yang membiayai kuliahnya sendiri, bermain musik dan mengajar musik artinya tulang punggung utama yg membiayai kuliahku. Ayahku tidak bisa membiayai lagi kuliahku sebab beliau telah usang tewas. Uang yg ibuku berikan setiap bulannya hanya relatif buat membayar kos saja. Uang buat kuliah, juga disokong sang beasiswa. tetapi beasiswanya tidak penuh. Itulah mengapa saya menggunakan bakatku pada bermain indera tiup saksofon buat mencari uang, mengajar maupun bermain di acara2 musik. berasal yang kulihat lewat situs pertemanan facebook, Pratiwi tampak senang sekali bermain menggunakan teman2nya entah itu nongkrong di kafe, jalan2 ke mall, maupun berkunjung ke Bandung menggunakan teman2nya. Itu tak dilema sebenarnya, tetapi Jika dia meninggalkan latihan saksofonnya, itu persoalan buatku. ada orang yang bilang kalo muridnya ngaco, berarti gurunya yg ga bener. Itu membuatku sebagai gemas waktu Pratiwi selalu membuat kesalahan saat bermain. “udah ya, hari ini hingga disini saja” aku membereskan saksofonku serta kitab musik ku. “tapi kak…” Pratiwi memotong ucapanku “tapi kenapa… pokoknya minggu depan aku tes lagi yang tersebut ya, jangan sampe ga mampu kayak sekarang.” aku segera bergegas keluar, menggunakan jaket, mengisi absen pengajar di meja resepsionis, dan keluar buat menyalakan mesin motorku. sudah mau maghrib rupanya. Pratiwi menyusulku keluar. “Kak… maafin aku ya…. aku emang lagi poly aktivitas akhir2 ini, jarang latihan….” katanya. “yaudah… minggu depan perbaikin oke” saya menggunakan helmku. “aku kembali dulu ya” aku mengendarai motorku menjauhi tempat les itu.
Placeholder
asal spion aku mampu melihat Pratiwi masuk ke dalam city car nya. Pertemuanku menggunakan Pratiwi bermula ketika saya mengisi program yang diadakan sang BEM kampusnya. dia sebagai panitia, LO band yg beranggotakan diantaranya saya sendiri. Berawal berasal ngobrol2 Pratiwi rupanya bermain saksofon pula dan dia ingin belajar dariku. karena aku mengajar pada galat satu sekolah musik yg mentereng di Jakarta, kusuruh saja beliau daftar, serta beliau pada akhirnya mendaftar buat menjadi muridku. Sebenarnya Pratiwi menyenangkan, senang melucu dan mudah akrab. tetapi kekurangannya ya itu, malas berlatih, entah hari2nya dihabiskan oleh apa selain kuliah. Apakah itu main, pacaran, saya tidak terlalu tahu, sebab dialog antara saya dan Pratiwi hanya berkisar musik lokal maupun musik global. aku pulang ke kosanku, kunyalakan laptop hasil tabungan sendiri itu. Sebenarnya saya bukan dari keluarga yg kurang bisa, hanya saja ayahku orangnya disiplin dan tidak memanjakan anaknya. ketika aku kuliah s1 di bandung dulu, ketika mampu mencari uang sendiri, aku telah mulai meringankan beban orang tuaku dengan tidak meminta uang jajan. saat sebelum saya lulus s1, ayahku tewas dan wasiat terakhirnya adalah agar saya terus meneruskan sekolah. Kujalani pesan ayahku, serta nyatanya, walaupun hanya dari mengajar serta bermain musik, saya mampu menabung, membayar uang kuliah, dan menyicil motor, walaupun uang untuk kos masih dibantu sang ibuku. Sedangkan Pratiwi, bisa ditinjau hidupnya amat praktis. Orang tua yg kaya, serta memanjakan anaknya, terlihat asal saksofonnya yg terlihat baru dan kinclong, beda menggunakan saksofon tua ku yg akibat nabung sendiri itu. Naik kendaraan beroda empat kemana, jalan2, pacarnya pun saya kenal, walau hanya sebatas tahu sama tahu saja. Anak orang kaya jua. Kehidupan mereka berbeda jauh denganku. sepertinya apa2 saja yang mereka inginkan praktis didapat.
Jam 4 sore. aku menunggu hujan reda pada kosanku. Jam lima harusnya saya sudah di sekolah musik itu. akan tetapi karena aku menggunakan motor, maka saya hanya mampu menunggu. ketika terus berlalu. Hujan tidak reda. Maghrib telah datang, serta saya sudah menelpon ke sekolah musik itu buat membatalkan les hari ini. saya tidur2an di kasurku, malas buat keluar kemana2 lagi. Tiba2 handphoneku berbunyi. aku melihat layar handphoneku. Ternyata nomor Pratiwi. “Halo kak….” Pratiwi mengawali pembicaraan “Eh engkau , terdapat apa ? udah tau kan lesnya ga jadi ? “ jawabku “aku terdapat pada depan kosan abang” lanjutnya “Eh…. Ngapain ? “ aku heran. Pratiwi memutus telponnya. saya bergegas keluar dari kamar kosanku, dan kulihat Pratiwi dengan basah kuyup terguyur air hujan, berdiri di depan gerbang kosanku. Tanpa pikir panjang saya merogoh payung, lari serta membuka pintu gerbang. “Lho kamu kenapa ? kok kehujanan ? mobil kamu mana ? “ tanyaku bertubi2. Pratiwi hanya diam saja. beliau menggigil menahan dingin, sekilas kulihat matanya memerah dan terdapat bekas tangisan. untung saja tidak terdapat orang yang lihat, jadi Pratiwi bisa masuk ke kamarku. karena kamar mandinya ada di dalam kamar, kusuruh Pratiwi buat mandi. tidak lupa kuberikan t-shirt ku yang ukurannya agak kecil dan celana pendek, juga handuk yang biasa kupakai. aku relatif risi sebenarnya. karena di kosan ini tidak boleh membawa tamu perempuan ke dalam kamar. aku tidak memahami apa yg bakal terjadi bila orang2 kosan menerka saya serta Pratiwi melakukan hal2 yang tak senonoh. aku hanya membisu menatap pintu kamar mandi. suara air mengalir dari shower bisa kudengar menggunakan jelas. tidak berapa usang Pratiwi keluar, dengan memakai baju yg tersebut kusiapkan. beliau sedang berusaha mengeringkan rambutnya menggunakan menggosok2annya dengan handuk. mampu kulihat matanya masih merah. “Kenapa sih engkau ?” aku memberanikan diri bertanya “Ceritanya panjang kak….” pungkasnya sambil duduk disampingku, di pinggir ranjang. “kalo ga mau cerita ga usah dipaksa” saya lalu berdiri dan menggunakan jaket “aku beli makan ya, engkau diem disini dulu, jangan ikut keluar, soalnya pada kosan ini ga boleh terdapat tamu cewek masuk ke pada kamar” “ dan jangan ribut, nanti dikirain saya nyelundupin engkau ke dalem” kataku mengingatkan aku tak habis pikir. Apa yg ada di pikiran Pratiwi sehingga dia nekat tiba ke kosan guru musiknya. aku berjalan menggunakan payung pada tengah hujan, menuju tukang nasi goreng buat memesan 2 porsi, dibawa kembali. saya pulang ke kamar kosan. Hujan sudah reda. saya membuka kunci kamar, serta menemukan Pratiwi sedang menerima telpon dengan air mata yg menetes.
aku segera menutup pintu kamar dan menyiapkan makanan. Pratiwi hanya membisu saja, dan beliau dan merta menutup telponnya. “Eh… makan dulu…” aku menegurnya Pratiwi hanya diam. Sejenak kami berdua terdiam beberapa saat. “Kak… terdapat tisu ?” Pratiwi akhirnya membuka verbal. aku segera mengambilkan tisu berasal laci meja belajarku. Pratiwi mengusap air matanya serta menarik nafas panjang. “Maaf ya kak aku ngerepotin” Pratiwi merogoh makanannya serta mulai makan. “Gapapa kok, santai aja” “Ntar kalo bajunya dah kering aku anter kamu pulang ya” jawabku. “Ga usah kak…. saya mau disini aja” pernyataan Pratiwi membuatku kaget. “tapi, saya kan udah bilang, kosan disini ga boleh menerima tamu cewek sebenernya “ aku sengaja mempertegas kata2ku. “saya gak akan ribut kak. Janji” jawabnya saya hanya menghela nafas sembari ogah2an menyantap nasi gorengku. Apa sih maunya dia, begitu pikirku. “Kalo mau minum ambil tuh gelasnya pada rak pada deket pintu kamar mandi” ucapku setelah Pratiwi merampungkan makanannya. Pratiwi dari serta mengambil gelas, serta menuangkan air asal dalam dispenser. aku tidak menghabiskan makananku, serta menyalakan laptopku. jujur saja aku galau bagaimana wajib menghadapi Pratiwi. aku sporadis pacaran, saat kuliah saya malah tak sempat pacaran. Sibuk sang kuliah dan musik. Apalagi kini , kuliah, musik, ngajar. Itulah yg menyebabkanku relatif canggung hanya berdua di kamar dengan seseorang perempuan .“jika mau baca2 majalah itu terdapat pada rak di atas kasur” saya mengatakan mirip itu sebab Pratiwi terlihat hanya duduk pada tepi ranjang serta memandang lantai menggunakan tatapan kosong tapi Pratiwi seakan tidak menggubris ucapanku. dia masih melamun “Pratiwi. Kenapa sih ?” aku makin bertanya-tanya. Pratiwi tampak kaget mendengar pertanyaanku. “Hmmm…. saya heran kak… apa sih yg dimauin sama laki2” beliau membuka dialog “Kenapa gitu ?” aku turun dari kursi serta duduk pada karpet. Pratiwi pun turun dari pinggir ranjang serta duduk di hadapanku. “tadi saya rencananya bolos les kak….” jawab Pratiwi “Terus ?” “aku jalan2 sama pacarku tadi. Pas jam 5, jam harusnya aku les, aku pada dalem kendaraan beroda empat pacarku, beliau lagi nyetir, rencananya mau jalan cari makan terus nonton” Pratiwi melanjutkan ceritanya. “Entah kenapa handphone dia ditaruh pada dashboard. saya pinjem, mau main game yg ada di hapenya. beliau ngebolehin, tapi entah kenapa aku tiba2 pingin buka inbox smsnya” Halah. absolut cowoknya bermain cinta, begitu pikirku pada hati. “aku ngeliat sms2 mesra kak. Gak cuman satu akan tetapi beberapa cewek” Buset. Pikirku. Jagoan banget tuh cowok. “saya kurang apa sama dia coba ? bela2in bolos les, bela2in beliau, selalu aku temenin, kok dia begitu sama saya ?” beliau mulai menangis lagi. “Jijik liat sms2 itu, sayang2an segala macem orang pacaran aja” aku mengambilkan Pratiwi tisu lagi karena air matanya mengalir deras. “Terus gimana ?” aku memintanya melanjutkan ceritanya. “aku murka kak. tapi beliau cuman diem aja ga ngomong apa2. Akhirnya pada lampu merah aku keluar berasal mobil” “Kan ujan” jawabku sedikit tak antusias. Entah mengapa perkara ini sangat klasik pada orang2 yg pacaran. akan tetapi sepertinya Pratiwi sangat terpukul oleh insiden tersebut. “Biarin aja kak.
saya jalan, ngejauh berasal kendaraan beroda empat, aku bisa denger sih dia nglakson terus….. akan tetapi sesudah jauh berasal mobilnya, saya bingung mau kemana. tapi aku inget kalo daerah tersebut deket sama kosan saudara tertua. Makanya aku kesini” Memang dulu Pratiwi pernah kesini diantar sang pacarnya, mengambil partitur lagu. “Terus ? kok kamu malah kesini ? ga kembali aja ?” tanyaku sembari berusaha meyakinkan dia supaya balik . “Males nanti ditanyain sama orang tua…. kemana si pacar, kok pulang sendiri. Ribet “ jawabnya “Lah kalo dicariin gimana ?” saya makin galau “saya udah bilang sama orang tua aku … mau tidur pada tempat tinggal temen” “tenang aja, mereka percaya kok…..” Aduh. Entah mengapa menurutku Pratiwi berlebihan pada menghadapi dilema ini. Kenapa gak putusin aja cowok itu, cari taksi, pulang, tidur, besok lupa. tapi beliau malah repot2 pergi ke kosanku. “Terus kamu mau ngapain disini ?” tanyaku menggunakan malas “aku mau nenangin diri dulu kak…..” Eh. Bukannya lebih lezat pada rumah ? disitu kan mampu nangis bombay pada depan orang tua. Dijamin bakal ditenangin, abis nangis besoknya lega deh. saya galau melihat kerapuhannya menghadapi problem ini. “yaudah lah terserah” kataku “akan tetapi inget, jangan ribut, jangan keluar kamar, besok pagi saya anterin ke tempat tinggal ” “Iya kak” jawabnya… Jam2 berikutnya diisi menggunakan obrolan2 yang biasa kami lakukan, soal musik, teknik bermain saksofon. tidak lupa aku menyetel musik keras2 berasal laptop serta menyalakan tv agar suara kami tidak terdengar. Tanpa terasa sudah jam 11 malam “saya ngantuk kak….” istilah Pratiwi “Hmm…. kamu tidur pada atas aja, saya biar tidur pada karpet” jawabku sekenanya. “Enggak kak… aku kan tamu. aku aja yg tidur pada karpet” malah enak pada gw. aku pikir. saya mengiyakannya serta menggelar selimut cadangan pada karpet, buat alas tidur agar agak empuk, dan memberinya selimut tipis dan bantal yg berlebih di ranjang.saya mematikan lampu, serta jua naik ke ranjang, bersiap buat tidur. “Jangan dimimpiin peristiwa yg tadi ya..” kataku mengingatkan “Iya kak….” Sepi. saya hanya menatap langit2 sembari memikirkan caranya besok pagi keluar tanpa ketahuan yang jaga kos. Kebetulan aja tersebut hujan akbar sehingga penjaga kos tidak memperhatikan pintu gerbang. saya agak kesal dengan perilaku Pratiwi. sudah malas latihan, dan tidak berpikir panjang. Sebenernya muncul rasa kasihan yang akbar pada diriku. dia belum dewasa, belum mampu merogoh keputusan dengan matang, dan akibatnya mirip ini.
Baca carita Lainnya di CASINO69
terdapat pada kos2an pengajar musiknya, dan tidur pada lantai. Yasudahlah. Mungkin Pratiwi butuh teman malam ini, begitu pikirku. Entah kenapa saya tidak bisa tidur malam ini, harus kuakui kehadiran Pratiwi malam ini merusak pikiranku. Bukan jadi jelek, namun pikiranku sebagai kotor. aku pernah melakukan seks, sekali2nya ketika baru kuliah dulu. Pengalaman itulah yg membuatku sedikit membayang2kan bagaimana kalau aku selingkuh dengan Pratiwi. Pratiwi memang indah, kulitnya putih dan mukanya manis. dan fakta2 itulah yang membuat pikiranku menjadi kotor. Coba kalau beliau laki2. pasti saya santai2 saja. lama saya tidak bisa tidur. aku sengaja menghadap ke tembok supaya tidak melihat Pratiwi. Tiba2.. Jleg. aku merasa ranjangku dinaiki orang.
aku kaget, sedikit terkesiap tapi saya berhasil menahannya. Rupanya Pratiwi menaiki ranjangku. “Kak… aku tidur sama abang ya……” ucapnya menggunakan nada merajuk. Damn aku tidak bisa menolak karena beliau sudah naik ke atas ranjang. “Ehh… ni bila mau pake selimut. saya memberikan bagian selimutku di Pratiwi. dia tampak agak malu, serta segera merogoh bagian selimutnya, serta tidur membelakangiku. sial . Apa2an ini. Kenapa beliau naik ? apa karena kedinginan ? atau keras ? atau kenapa ? saya merasakan gerakan di sebelahku. “Kak… maaf… saya sebenernya masih pengen ngobrol” “gapapa kan ?” saya membalik badanku dan mendapati bahwa jarak mukaku serta muka Pratiwi tidak lebih asal dua jengkal. Matanya yg memerah menatapku penuh harap. “kamu ya… Dengerin. Kenapa sih mesti gini ? engkau sekarang terdapat di kamar cowok, tidur bersama satu kasur. Ga pantes tau. Apa saya tidur di bawah aja ya” aku berusaha bangkit. “Ini yang aku senang berasal abang…” tiba2 Pratiwi mengatakan seperti itu. “Eh……..” aku heran serta mematung sejenak “abang orangnya tegas…” “gak kayak dia…. egois… udah gitu ga pernah mampu tegas dan ga punya pilihan” “Pratiwi… akan tetapi” Kata2ku terhenti saat tangannya menyentuh pipiku lembut. “saya senang sama abang” pengakuannya membuatku terhenyak. Apakah sahih ? apa Pratiwi Cuma terbawa perasaan akibat baru mengalami kekecewaan pada berpacaran ? aku mematung. Terdiam. pada hati saya mengakui bahwa sosok Pratiwi yg anggun membuatku tertarik. tetapi selama ini saya selalu me-ignore perasaan itu karena 1, dia telah punya pacar, dan dua, saya tidak ada saat buat wanita ditengah kesibukan tesis, musik dan ngajar. “Kak” tangannya terus mengelus pipiku. saya pun luluh. Tiba2 kami berdua saling memajukan paras kami masing2. kami menutup mata serta bibir kami pun bersentuhan. Kami berciuman dengan pelan serta lembut. Pratiwi terus maju ke pada pelukanku. aku meraih pinggangnya, serta menggenggam tangan satunya. Telapak kaki kami saling bersentuhan dan saling bertautan. pada dalam selimut itu. kami berciuman dengan hangat. Kami melupakan batas antara pengajar serta anak didik. Walaupun umur kami tidak tidak selaras jauh, hanya enam tahun, tetapi cita rasanya ini seperti affair yg aneh antara guru serta murid. Walaupun guru dan muridnya hanya pada sekolah musik saja. Kami berciuman sangat usang.
Entah kenapa kami berdua tidak berciuman menggunakan nafsu dan tergesa2. Tangan kiriku yg menyentuh pinggang Pratiwi, tiba2 mulai nakal. Tanganku masuk ke pada t-shirt yang beliau gunakan. Menyentuh kulit halusnya. Pratiwi tak berontak. beliau malah terus menciumiku. Pratiwi pun tidak protes waktu tanganku masuk kedalam celana pendeknya dan memegang pantatnya. Damn. Rupanya beliau tidak menggunakan celana pada dan BH. saya melepaskan ciumanku, dan mulai menciumi pendengaran dan lehernya. “Ahh… Kak… ‘ Pratiwi tampak menikmati perbuatanku. Tanganku terus bermain mencoba membuka celana pendeknya. Pratiwi tidak berontak, kakinya malah beringsut membantuku melepas celana pendek itu. di akhirnya saya melempar celana itu ke lantai. saya mulai menyentuh pahanya yg sangat mulus. aku memeluknya erat, menempelkan perutnya di perutku. “Kak….. “ Pratiwi memanggilku “Kenapa ?” saya menghentikan ciumanku di leher “bila mau itu’… pelan2 ya…. saya belum pernah…” jawabnya pelan menggunakan nada pasrah dan tatapan penuh harap. Apa. Masih perawan ? aku kaget.Kupikir setidaknya dia pernah tidur menggunakan pacarnya. Pantas saja beliau tidak bisa menyikapi kelakuan pacarnya dengan benar, pengalamannya sangatlah minim. saya terdiam. Mematung.
tidak dapat berpikir menggunakan jernih. “Pratiwi… jika engkau gak mau, jangan….” aku mundur “Gak apa2 kak. kalau sama abang saya mau..” Pratiwi meraih tanganku. “engkau belum pernah…. jangan dipaksa jikalau gak mau….” aku berusaha berpikir jernih. Pratiwi terdiam, tetapi beliau malah masuk ke pelukanku kembali. “aku mau….” jawabnya pelan “saya Cuma minta abang perlakukan aku dengan lembut” “akan tetapi” saya masih bertahan “Kak…. saya mau kasih ke abang malem ini” “itu karena saya suka sama abang” “berasal pertama ketemu, akan tetapi abang tampaknya cuek sama saya…. akan tetapi saya makin senang karena tau kakak orangnya tegas, dewasa, “ “Pratiwi, itu cuman perasaan pelarian aja…” jawabku Pratiwi hanya membisu. tetapi beliau menjawab dengan semakin masuk ke pada pelukanku.beliau memelukku dengan erat, dan tak mau melepasku. “saya mau ngelakuinnya cuman sama abang” Pratiwi permanen gigih. Kami berpandangan sangat usang. hingga akhirnya aku menciumnya pulang. Pertahanan akal sehatku runtuh. Tanganku terus melingkari pinggangnya yang ramping itu. Pratiwi perlahan2 beranjak menindih tubuhku. Badannya naik ke atas badanku. Tangannya mencoba membuka t-shirt ku tapi sepertinya beliau relatif canggung melakukannya. aku melepaskan tanganku dari pinggangnya dan membantunya membuka atasanku. selesainya itu aku berusaha bangkit dan duduk. Pratiwi memegang bahuku dan mencoba maju menciumku. saya menahannya dan memegang ke 2 tangannya. saya menatap matanya lekat2. Pratiwi menatapku malu2.aku sedikit tegang. Malam ini kedua kalinya aku berhubungan seks. dan ini yang pertama bagi Pratiwi. Jantungku berdetak hebat. aku menggenggam ujung t-shirt yg dia gunakan. Pelan2 kutarik keatas. Pratiwi menurut menggunakan mengangkat tangannya. Pratiwi telah telanjang bundar di pangkuanku. ke 2 tangannya disilangkan, menutupi butir dadanya yang mungil. beliau sedikit menunduk dan tampak sangat memalukan.
absolut ini pertama kalinya beliau telanjang bundar pada depan laki2. aku memegang dagunya serta mengangkat wajahnya. tidak berapa usang kucium bibirnya lembut. aku menggenggam ke 2 tangannya dan mulai menciumi lehernya, terus hingga ke butir dadanya yang kecil saya menciumi putingnya. Kurasakan badannya agak gemetar, entah karena geli atau relatif takut. “Uhh….. Kak… geli…..” Pratiwi mendesah mungil. aku berbisik kepadanya “Jangan terlalu berisik ya… nanti bisa gawat jika ketahuan penjaga kos…” Pratiwi mengangguk pelan. saya melanjutkan menciumi buah dadanya. Sempat kulihat Pratiwi menggigit bibirnya. menunda agar beliau tidak ribut. “Ngggh…. mmmhhh…” Pratiwi terus mendesah. Aduh, bagaimana nanti saat kami hingga ke inti permainan ?. aku menyuruh Pratiwi buat turun berasal pangkuanku. aku segera melepaskan celanaku. Pratiwi nampak relatif kaget ketika melihat penisku. Ini pertama kalinya jua dia melihat penis lelaki eksklusif. Pratiwi duduk di sampingku. “Pratiwi, kalau kamu emang ga siap, mendingan gak usah….” aku menatap wajahnya yang tampak membuat malu bersemu merah, “ Ga apa2 kak…. udah sampe sini….” dia tersenyum kecil walau aku mampu mencicipi bahwa beliau merasa gugup dan deg2an. saya memegang lembut tangannya dan mencium keningnya. kemudian saya menariknya pelan supaya pulang duduk di pangkuanku. Pratiwi duduk membelakangiku. Punggungnya sungguh mulus dan bersih. saya mulai menciumi bahunya, terus hingga keleher. Kupeluk erat pinggangnya dan bisa kurasakan tangan Pratiwi memeluk erat leherku. lama kuciumi bagian belakang leher serta punggungnya. tidak tahan lagi, pelan2 kubimbing Pratiwi buat berbaring pada kasur. aku memegang lututnya dan kulebarkan pahanya. aku menindih badannya. Tangan Pratiwi menunda bahuku. aku sejenak mematung memandangi Pratiwi.
Patutkah kurenggut keperawanan wanita manis ini ? Haruskah beliau melakukannya denganku ? Pratiwi pulang menatapku dan mengatakan “Kak….. pelan2 ya… saya tau absolut sakit di awalnya” “jikalau kamu gak mau, mampu kita hentikan kini kok….. “ aku menjawabnya. Pratiwi menggeleng pelan. “aku siap kak………..” ketua penisku menyentuh bibir vaginanya yg telah basah. Pelan2 kugesekkan ketua penisku di bibir vaginanya. Pratiwi mengejang2 geli. aku memperbaiki posisi menggunakan menggenggam tangannya. Kurasakan pelan, penisku memasuki bibir vaginanya. Sempit sekali. saya berkonsentrasi penuh memasuki vaginanya. “Nggggh…….Ahhh….. “ Pratiwi menahan sakit. bisa kulihat beliau menggigit bibirnya dan matanya sedikit berkaca2. “Uhhhh…..” dia menarik napas lega saat penisku masuk penuh kedalam vaginanya. aku mulai menggerakkan penisku maju mundur menggunakan pelan. Pratiwi tampak menutup matanya, dan meringis seperti menunda sakit.aku mencabut penisku. Kulihat penisku berlumur darah perawan Pratiwi. “Sakit? bila engkau ga tahan sakitnya ga usah dilanjutin…” aku khawatir “Gapapa kak…..” Pratiwi tersenyum dengan mata agak berkaca2. aku menarik nafas panjang, kuputuskan buat tidak merubah2 posisi bercinta kami, terlalu dini untuk kami berdua. Ditambah lagi pengalaman kami berdua sangat minim. aku balik memasukkan penisku ke lubang vaginanya. sudah lebih mudah, walau masih sempit. Kurasakan dinding vaginanya yang hangat mengapit penisku erat. “Mmmhhhh….kak.. “ Pratiwi mendesah pelan, beliau telah tidak meringis atau menggigit bibir lagi mirip kini . aku terus memaju mundurkan penisku dengan pelan namun temponya stabil. “Uhhh…..” Pratiwi tiba2 mencengkram erat bahuku. Seakan ingin mencakarnya. “Mmmmhhh” Kaki Pratiwi mencengkram erat pinggangku. saya memahami beliau akan orgasme. Terlalu cepat mungkin. tetapi lumrah. sebab ini pengalaman pertama bagi Pratiwi. beliau belum memahami bagaimana mengatur tempo, merubah posisi, ditambah lagi malam ini semuanya saya yang mengendalikan. Pratiwi terus bersuara mungil mengikuti tempo goyanganku. “Nggg… mmmmhh….” Tiba2 aku menghentikan gerakanku. aku tidak ingin saya bablas keluar pada dalam. Kaki Pratiwi kuat mencengkram pinggangku. Malam ini artinya pengalaman pertamanya. wajar Jika beliau tampak tegang atau gugup. saya tidak mau Jika ketegangannya mengakibatkan kecelakaan yg tak diinginkan. “ah…. kenapa kak ?” tanyanya polos menggunakan nafas tidak teratur “Enggak… tersebut kamu ngejepit pingganggku terlalu keras… aku takut jikalau nanti aku keluar pada dalem…” jawabku. “oh…. “Pratiwi “kamu santai ya sayang….” saya mengelus rambutnya lembut dan beliau hanya mengangguk pelan.
Pelan2 saya mengisyaratkan supaya Pratiwi tidur tengkurap. dari belakang aku memposisikan ketua penisku sempurna pada lubang vaginanya. Pelan2 saya masukkan balik . “hmmhhh… aaahhhh…” Pratiwi kembali mendesah ketika kumasukkan penisku. saya memeluk pinggangnya serta membimbingnya naik. Kami bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Pratiwi bertumpu pada kasur. aku menggerakkan penisku maju mundur sambil memegang erat pinggangnya. “Uuuuuh…. Ahhh….. “ Pratiwi tidak mampu menahan lagi suaranya. Entah sebab kesakitan atau keenakan. tapi jika pun kesakitan, beliau tidak berontak. Pratiwi terus mengerang. Entah berapa usang kami melakukannya. “Kak…. aku … ahhh” saya tau Pratiwi akan segera orgasme. akan tetapi aku tidak mencabut penisku. saya malah makin bernafsu menggerakkannya. Tumpuan tangannya semakin lemas. saya secara refleks malah menarik tangannya kebelakang supaya posisi tubuhnya tetap stabil.saya mencicipi tubuhnya menegang dan vaginanya menjepit erat penisku. “Aaaaah….. aaaahh….. nggghh….” Pratiwi mengerang tanpa memperdulikan keadaan kamar kosku yg mungkin saja suara malam itu bisa bocor ke kamar sebelah. “Ngggghh… aaaaaaaaaah”. tidak berapa usang saya eksklusif mencabut penisku dan spermaku kemudian muncrat berantakan di luar vaginanya. Pratiwi eksklusif menggunakan lunglai menjatuhkan diri ke kasur. aku pun merebahkan diri di sebelahnya. Kami berpandangan menggunakan relatif lama dan berpelukan sampai kami tertidur. sekarang, kami bukan siswa dan pengajar lagi. akan tetapi lebih asal sekedar itu. Kami tak jarang menghabiskan waktu bersama pada luar les, sebab kami kini sebagai sepasang kekasih. insiden malam itu, tidak pernah terulang lagi sampai kini . dan kami tidak pernah mengungkitnya lagi. abaikan malam itu ada buat dikenang saja dalam hati kami masing2.
Leave a Reply